Judul : Fantasy
Nama Pengarang : Novellina
A.
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit :
2014
Kota Terbit :
Jakarta
Tebal Buku : 310 Halaman
Sinopsis Fantasy oleh Novellina A.
Davina wanita keturunan Belanda yang cuek, taktis, dan tidak ribet akrab dengan Mitha yang apa-adanya, judes, bertatapan sinis, serta blak-blakan menjadi bumbu manis sepanjang cerita.
Cerita dimulai ketika Awang yang ingin mengenal Mitha melalui Vina. Sudah bisa ditebak pada akhirnya Vina, dan Awang-lah yang menjadi pasangan hingga akhir cerita.
Peran makcomblang yang dijalankan Vina, memberinya waktu yang banyak untuk berinteraksi dengan Awang. Yang malah menjadi bumerang bagi mereka. Namun tidak seperti cinta segitiga di kehidupan nyata orang kebanyakan. Vina, dan Mitha tetaplah berteman akrab.
Peran makcomblang yang dijalankan Vina, memberinya waktu yang banyak untuk berinteraksi dengan Awang. Yang malah menjadi bumerang bagi mereka. Namun tidak seperti cinta segitiga di kehidupan nyata orang kebanyakan. Vina, dan Mitha tetaplah berteman akrab.
Vina membuat Awang kembali menyentuh piono ketika Vina memberinya tatapan yang sama seperti Kakek Awang. Dan Awang membuat Mitha mulai menyukai, dan menekuni diri sebagai Pianis.
Awang, dan Mitha mengikuti kelas musik di tempat yang sama. Awang sangat membantu membangkitkan Mitha ketika ia merasa permainannya tidak bisa mengimbangi Awang.
Semua berjalan sempurna sampai pada saat Awang harus ke Jepang melanjutkan minatnya pada bidang musik. Membuat kesedihan bagi Vina, dan lebih-lebih Mitha.
Delapan tahun berlanjut. Sampailah Awang menjadi seorang pianis yang hebat, terkenal, dan diakui dunia.
Awang, dan Mitha mengikuti kelas musik di tempat yang sama. Awang sangat membantu membangkitkan Mitha ketika ia merasa permainannya tidak bisa mengimbangi Awang.
Semua berjalan sempurna sampai pada saat Awang harus ke Jepang melanjutkan minatnya pada bidang musik. Membuat kesedihan bagi Vina, dan lebih-lebih Mitha.
Delapan tahun berlanjut. Sampailah Awang menjadi seorang pianis yang hebat, terkenal, dan diakui dunia.
Pendapat Saya
Walaupun Mitha, dan Vina menjadi tokoh utama namun rasanya gelar itu lebih cocok saya berikan kepada Awang. Seorang pria yang slegean namun sangat berkharisma saat bermain piano. Karena sosok Awang-lah yang membuat cerita berkembang.
Walaupun Mitha, dan Vina menjadi tokoh utama namun rasanya gelar itu lebih cocok saya berikan kepada Awang. Seorang pria yang slegean namun sangat berkharisma saat bermain piano. Karena sosok Awang-lah yang membuat cerita berkembang.
Dunia Awang, Vina, dan Mitha ditampilkan dengan cara yang menarik dalam novel ber-background dunia musik ini. Kehidupan dua sahabat, Mitha dan Vina, menjadi bergejolak ketika seorang pria (awang) dengan nekad masuk ke kehidupan mereka.
Cinta segitiga yang penuh dengan taktik perebutan, begitulah yang mungkin muncul di benak pembacanya ketika memasuki sepertiga babak awal dari buku berhalaman 310 ini. Cinta segitiga khas anak SMA. Namun, pada sepertiga bagian awal buku ini semua berjalan normal. Bahkan Mitha 'tampaknya' mendukung hubungan Awang-Vina.
Pada sepertiga bagian kedua novel karangan Novelliana ini masih tidak tampak perselisihan, semua hanya menceritakan hubungan Awang-Vina yang kasmaran, Mitha yang mengejar mimpinya, bahkan Vina sangat menjaga diri dari rasa cemburu setiap kali melihat Awang, dan Mitha bersama.
Bisa dikatakan bahwa pada bagian ini agak membosankan daripada dua bagian lainnya. Karena semua bisa ditebak. Mitha, dan Awang sukses dengan musik klasik nya, dan Vina masih berpegang teguh untuk tidak cemburu dengan sahabatnya.
Perselisihan baru terjadi pada sepertiga bagian ketiga. Mitha yang awalnya tampak menerima dengan dewasa hubungan antara Vina, dan Awang malah menjadi ingin memiliki Awang. Mitha yang mengikuti kelas musik tidak hanya sebatas cintanya akan piano, namun juga agar keberadaannya diakui, dan disadari oleh Awang.
Terlalu klise memang, namun bagian itu 'untungnya' tidak terlalu mendominasi sepertiga bagian ketiga novel ini. Sehingga menurut saya, hal itu tidaklah begitu mengganggu.
Cinta segitiga yang penuh dengan taktik perebutan, begitulah yang mungkin muncul di benak pembacanya ketika memasuki sepertiga babak awal dari buku berhalaman 310 ini. Cinta segitiga khas anak SMA. Namun, pada sepertiga bagian awal buku ini semua berjalan normal. Bahkan Mitha 'tampaknya' mendukung hubungan Awang-Vina.
Pada sepertiga bagian kedua novel karangan Novelliana ini masih tidak tampak perselisihan, semua hanya menceritakan hubungan Awang-Vina yang kasmaran, Mitha yang mengejar mimpinya, bahkan Vina sangat menjaga diri dari rasa cemburu setiap kali melihat Awang, dan Mitha bersama.
Bisa dikatakan bahwa pada bagian ini agak membosankan daripada dua bagian lainnya. Karena semua bisa ditebak. Mitha, dan Awang sukses dengan musik klasik nya, dan Vina masih berpegang teguh untuk tidak cemburu dengan sahabatnya.
Perselisihan baru terjadi pada sepertiga bagian ketiga. Mitha yang awalnya tampak menerima dengan dewasa hubungan antara Vina, dan Awang malah menjadi ingin memiliki Awang. Mitha yang mengikuti kelas musik tidak hanya sebatas cintanya akan piano, namun juga agar keberadaannya diakui, dan disadari oleh Awang.
Terlalu klise memang, namun bagian itu 'untungnya' tidak terlalu mendominasi sepertiga bagian ketiga novel ini. Sehingga menurut saya, hal itu tidaklah begitu mengganggu.
Qoute
Bagian yang paling saya suka adalah ketika mengutarakan beberapa kutipan yang menarik di buku ini, silahkan nikmati setiap diksinya.
.... Awang tidak meninggalkanku, namun aku yang mengizinkannya pergi. Mungkin jika ia memperlakukanku dengan buruk, saat ini akan terasa lebih mudah.
.... Anggrek, salah satu bunga liar yang tumbuh di tengah hutan belantara. Namun ketika orang-orang mengambilnya, dan menaruhnya di rumah mereka, keindahannya akan semakin terpancar.
Aku akan menemuinya, satelit yang telah keluar dari orbitku, dan kini menjadi planet yang megah, besar, dan benderang.
.... Awalnya kami bermimpi untuk menyetir selama 24 jam nonstop, hanya berdua, untuk membuktikan kualitas persahabatan kami.
.... That's why folks said, don't trap yourself in one room with same person for more than 24 hours, unless you are well prepared to see her/him true colours.
Terjemahan : Itu sebabnya orang-orang mengatakan, jangan menjebak diri dalam satu tempat dengan orang yang sama selama lebih dari 24 jam, kecuali Anda siap untuk melihat dirinya yang sebenarnya.
.... Aku percaya hati manusia bukanlah air susu yang mudah menghitam karena setetes tinta.
.... Seseorang perlu orang lain untuk mendukungnya seberapa besar pun bakatnya.
.... "Selalu ada yang bersalah dalam setiap kejadian buruk. Pilihannya, salahkan orang lain, atau salahkan dirimu sendiri. Dan aku merasa tidak salah sama sekali"
Rating
Tema Cerita : 3/5
Tata Bahasa : 3,1/5
Rating
Tema Cerita : 3/5
Tata Bahasa : 3,1/5